Background

Meski tak pernah terpikir menjadi bintang film, Ariel menyatakan bahwa perannya dalam film lanjutan Laskar Pelangi seperti “mimpi yang jadi kenyataan”. Ariel, vokalis Peterpan itu akhirnya mendapat tantangan besar. Dia lulus proses casting yang cukup ketat dan secara resmi berhak memainkan peran sebagai Arai dalam film Sang Pemimpi, sekuel kedua dari tetra-film Laskar Pelangi.

Ketika film pertamanya kelar digelar, para pembaca sejati Tertralogi Laskar Pelangi pasti menduga-duga siapa yang pantas memerankan tokoh Arai di film lanjutannya kelak. Arai sendiri adalah tokoh sampiran utama yang sangat menonjol dalam novel Sang Pemimpi (2006). Begitu indahnya kehadiran Arai dalam novel nomor dua itu, sehingga memancing banyak praduga siapa yang pantas memainkan peran itu.
Ibarat mimpi yang jadi kenyataan, pemilik nama lengkap Nazril Irham itu mengatakan, “Sampai saat shooting pun, saya masih merasa ini seperti sebuah mimpi…”.

“Nyastra”
Ariel dan sastra bukan hal yang berjauhan. Di sela-sela jadwal pentasnya, kepada Berita Indonesia pekan silam, Ariel menceritakan bagaimana ia acap menulis puisi di lembar catatan hariannya. Puisi itu bisa dilanjutkan menjadi bagian lirik lagu atau, ya, minimal menjadi tema besar dari sebuah lagu yang akan diciptakannya kelak.

“Dulu sebelum semuanya kayak begini, saya sering menulis puisi di bawah pohon rindang, duduk-duduk di daerah Dago (Bandung),” katanya menyebut pilihan kata “begini” yang menandakan semuanya sudah mengalami perubahan akibat pamornya sebagai seorang pemusik yang berhasil. “Bawa motor, buku kecil, pulpen, di dalam jaket. Paling enak cari tempat yang adem. Saya biasa nulis-nulis puisi, dan bisa jadi saya kulik chord-nya sekalian…”

Sejak masa remaja, (seperti pada umumnya remaja lain) Ariel juga mengenal puisi-puisi Kahlil Gibran, Sapardi Djoko Damono dan Chairil Anwar. Dia berusaha keras mengingat-ingat sejumlah nama pengarang dan judul buku sastra. “Enggak terlalu ngotot banget, tapi saya relatif suka buku sastra,” katanya sengaja menempatkan diri sebagai peminat sastra “biasa”.

Meski ia sudah menjadi “rock star” di jalur musiknya, kehidupan kesastraannya tak juga luntur. “Untungnya pernah punya modal bacaan yang dari dulu saya baca sebelum sesibuk sekarang,” katanya. “Saya ini orangnya main ‘rasa’. Jadi kalau nikmatin musik, puisi, film, lukisan, atau hasil desain saya ambil ‘rasa’-nya, saya pikir itulah sastra… Indahnya di situ,” katanya setiap menggunakan kata rasa selalu memainkan kedua jari manis dan telunjuk sebagai arti tanda petik.

Lalu ketika mendengar riuhnya pembacaan Laskar Pelangi, dia merasa tertarik karena kesahajaan ceritanya. “Semua orang ngomongin buku itu, seperti apa sih? Saya sangat antusias, ‘saya musti baca’, sejak itu kuat banget magnetnya…”

Hanya karena ia termasuk orang yang enggan dengan euphoria pada hal-hal yang sedang nge-trend, ia sempat menunda keinginannya untuk langsung memburunya sampai sontak membaca novelnya tersebut. Dan suatu ketika ada waktu, ia meyempatkan baca, dan mengangkat kedua jempolnya sebagai kompensasi penilaiannya.

Tak sempat terlintas dalam khayalan, bahwa di kemudian hari ia akan mendapat kapling yang relatif besar dalam film yang diangkat dari novel yang dia baca itu. Lalu ketika proses orientasi dan workshop berjalan lancar, dia masih saja merasa tersanjung “Mimpi saja enggak,” katanya mengulang.

Kepada Berita Indonesia, sutradara filmnya, Riri Riza mengatakan kehadiran Ariel dalam Sang Pemimpi juga melewati proses casting dan workshop sebagaimana mestinya. “Dia pantas mendapatkan peran itu. Ariel nya sendiri berusaha maksimal dan kami yakin dia pantas memainkan karakter Arai.”

Magnet Arai
Dalam Sang Pemimpi, tokoh Arai mengambil porsi yang sangat besar. Sebagaimana cerita asli dalam novelnya, Arai adalah yatim piatu yang diasuh oleh keluarga Ikal. Kendati bertalian jauh, Arai sebagai sepupu jauh itu punya banyak kesamaan dengan Ikal. Dengan tingkat kecerdasannya itu, Arai adalah sosok sederhana yang juga menyimpan segudang impiannya, termasuk ingin menempuh pendidikan di Eropa.

Lalu bagaimana seorang Ariel yang selama ini terbiasa dengan mike di atas pentas harus berolah peran? Apakah ada kesulitan saat memerankan tokoh Arai itu?
“Gileee… saya dapet peran yang kuat seperti itu. Sulitnya karena saya terlalu terkagum-kagum dengan tokoh yang saya mainkan di sini. Dia sangat mengganggu tidur saya dalam beberapa hari, semuanya masuk dalam alam bawah sadar… Ganggu banget!”

Ketika ditodong pertanyaan apakah tokoh Arai pantas diidolakan anak muda, dia menjawab, “Kok, ada orang sekuat dia, semua cobaan dalam hidupnya tidak membuatnya patah semangat… diam-diam saya juga banyak belajar dari tokoh yang saya mainkan ini…”

Dalam perannya sebagai Arai, Ariel akan melafalkan quote yang terkenal dalam bukunya yang berbunyi: Kita tak kan pernah mendahului nasib! Dan juga kalimat sakti yang banyak dihapal pembaca sejatinya: Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!

“Jangan pernah meremehkan mimpi, terus raih sampai dapat, itu intinya. Saya merinding setiap mengingat kalimat itu lagi. Dari mana pengarangnya mendapat kata-kata sedahsyat itu,ya…” katanya menutup perbincangan. CHUS (Berita Indonesia 70)